## Assalammualaikum wr. wb. welcome at your revolution ! :) ##

Jumat, 01 Juni 2012

mulianya hati seorang ibu


Feb 25, '08 9:54 PM
untuk semuanya
Hari telah larut malam. Suasana sangat hening, dan semua insan telah lelap dalam tidurnya. Yang terdengar hanyalah suara binatang malam yang bersahut-sahutan. Tiba-tiba keheningan malam itu terpecahkan oleh suara tangisan seorang bayi dari sebuah rumah. Sang ibu yang tengah terlelap dalam tidurnya pun bergegas bangun dan menghampiri buah hatinya. Rasa kantuk yang menggelayuti tidak dihiraukannya.
“Oh.. adik pipis ya?” ibu itu berkata sendiri sambil mengganti pakaian bayinya yang telah basah.

Setelah itu sang ibu pun mendekap anaknya agar berhenti menangis dan tertidur kembali. Tak lama kemudian si kecil pun tertidur kembali. Sedangkan ibu tadi, meskipun telah berusaha untuk tidur, namun matanya tak mau dipejamkan hingga fajar pun tiba.
Pengalaman seperti ini kerap sekali dialami oleh seorang ibu yang mempunyai momongan kecil, dan hampir semua ibu pernah mengalaminya.
Dari sini cobalah kita kembali merenungkan, betapa besarnya penderitaan seorang ibu. Bagaimana beratnya beliau ketika mengandung anaknya selama berbulan-bulan. Betapa sakitnya beliau ketika melahirkan anaknya, dan betapa berat dan susahnya beliau ketika menyusui. Ia jaga dan pelihara buah hatinya lebih dari menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri.
Ketika anaknya lapar, ia menyuapinya dengan penuh kesabaran. Ketika malam telah larut dan dingin, sang ibu pun meninabobokan si kecil dalam buaiannya. Dengan penuh kasih sayang ia menimangnya.
Allah Ta’ala berfirman:
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً
“ibunya mengandungnya dalam keadaan susah yang bertambah-tambah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)” (Al Ahqaaf: 15)

Curahan cinta dan kasih sayangnya dilimpahkan tanpa pamrih kepada buah hatinya agar sang anak tetap gembira dan bahagia. Segala macam rintangan diterjangnya dengan jerih payah yang tanpa pamrih. Semua ini dilakukan hanya untuk melindungi anaknya dan untuk menghantarkan puteranya agar sukses dalam meraih kebahagiaan.
Tangan sang ibu telah banyak memberi arti dalam tiap lembar kehidupan anaknya. Saat sang buah hati ketakutan dalam gelapnya malam, sang ibu pun mendekapnya dengan penuh perlindungan dan kasih sayang. Dibisikannya kalimat-kalimat tauhid yang akan tetap terukir indah dalam hatinya, “Jangan engkau takut wahai anakku, bukan gelapnya malam yang pantas engkau takuti akan tetapi Allah Tuhan sekalian manusia. Nah sekarang hilangkanlah ketakutan itu karena Allah Maha Melihatmu dan pasti akan melindungimu”. Bisikan-bisikan itulah yang telah memberi ketenangan dan menumbuhkan keberanian pada jiwa anaknya.
Begitu pula ketika dilanda duka karena banyaknya problematika yang tidak bisa dipecahkan ketika anaknya telah beranjak dewasa. Sang ibu dengan penuh kesabaran mendengarkan setiap permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan penuh perhatian ibu pun memberikan motivasi kepada kita agar dalam hidup jangan sampai ada kata menyerah dan putus asa. Sungguh itulah yang akan membuat sang anak menjadi tegar dan bergembira. Lihatlah betapa besarnya jasa ibu kepada anaknya.
Sekarang coba kita renungkan kembali segala tingkah laku dan sikap kita kepada ibu. Perbuatan yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Seringkali kita membuat hati ibu kita menjadi sedih dengan bantahan-bantahan kecil yang mungkin bagi kita itu biasa saja tanpa meninggalkan luka, namun sebenarnya sangat manyakitkan bagi ibu kita.
Padahal, beliau telah mengasuh kita sejak masih bayi dan memelihara kita hingga kita beranjak dewasa. Semua jerih payah ibu telah kita minum dann rengguk sepuasnya. Bila kita sakit di malam hari, hati ibu pun gelisah lantaran sakit yang kita derita. Ibu pun tak bisa memejamkan mata, seakan-akan beliau sendiri yang merasakan sakitnya. Air mata beliau pun mengucur deras, hatinya takut jika kita dijemput maut.
Tetapi kini setelah kita dewasa dan meraih apa yang kita citakan, kita balas dengan perbuatan yang sebaliknya. Seolah kita yang telah memberikan jasa dan kebaikan kepadanya. Kita perlakukan ibu bagaikan seorang pembantu dan tetangga jauh. Bahkan kadang kita menyalahkan dan bersikap kasar dengan membentaknya.
Apakah pantas kita berbuat seperti itu? Pantaskah kita mengabaikan dan menyiakan segala kasih sayang dan penderitaan ibu kita selama ini? Beliau hidup susah di akhir hayatnya tanpa ada yang memelihara dan menyantuninya. Tegakah kita membiarkannya hidup bersama orang lain karena kita enggan dan malu untuk merawatnya?
Wahai saudaraku, begitu besar jasa ibu kepada kita dan tidak mungkin kita akan bisa membalas dengan sepenuhnya.

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dalam keadaan susah yang bertambah-tambah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Al Ahqaaf: 15)

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia . (Al Israa’: 23)

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.” (Al Israa’: 24)

Wahai saudaraku, janganlah kita hanya bisa menangis saat teringat akan ibu-ibu kita. Tapi tunjukkanlah wujud bakti kita kepada mereka. Ingatlah, tidak ada kata terlambat untuk memulainya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar